Rabu, 03 Oktober 2018

Edisi 8


Buletin Masjid
BAABUSSALAAM
EDISI Juni 2018 M/1439 H


Ambisi Kepemimpinan Rosulullah saw

Ambisinya dilahirkan bersamaan dengan kelahirannya. Sedari kecil dia memiliki jiwa yang suci, selalu cenderung pada urusan-urusan yang tinggi tanpa mengabaikan budi pekerti apalagi sampai merendahkan orang lain. Dia tidak menyukai hal-hal yang rendah apalagi keterbelakangan. Dia adalah seorang yang ambisi tapi tidak ambisius, selalu ingin menang memperjuangkan kebenaran dengan cara-cara yang benar bukan membenarkan segala cara. Untuk memperjuangkan kebenaran tidak harus merendahkan orang lain bahkan mestinya meninggikan orang lain secara proporsional. 

Sebelum diangkat menjadi Nabi, dia mempunyai ciri-ciri kepiawaian, kepemimpinan dan pengendalian kekuasaan, sehingga kaum Quraisy memberi julukan orang yang jujur dan terpercaya. Mereka merasa puas dengan keputusan yang diambilnya dan selalu dijadikan rujukan dalam urusan-urusan mereka. 

Setelah Allah menganugrahkan kerasulan, jiwanyapun selalu merindukan kedudukan 'alwasilah', yaitu kedudukan yang tinggi di dalam surga, karenanya dia selalu memohon petunjuk kepada Allah agar tidak keluar dari kaidah aqidah dan selalu mengajarkannya kepada umatnya. 

Nabi telah mencapai 'Sidratul Muntaha' (saat mi'raj) dan meraih kesempurnaan secara mutlak dan keutamaan manusia. 

disarikan dari buku : Visualisasi Kepribadian Muhammad SAW, karya Dr. Aidh bin Abdullah Al Qarni, 2004 


Edisi 7

Buletin Masjid
BAABUSSALAAM
EDISI Mei 2018 M/1439 H

Cita Rasa Shalat

Disebabkan kekeringan, ketandusan dan kegersangan jiwa selalu datang bertubi-tubi bahkan datang tiada henti menimpa kita, maka Allah mengundang hambaNya untuk senantiasa menghadiri dan mencicipi hidanganNya berupa shalat sebagai jamuan berupa rahmat. 

Hati yang gersang selalu terasa dahaga akan siraman air yang bisa kembali menyuburkan, maka hati yang demikian sudah selayaknya meminta minuman kepada Dzat Yang Maha Kuasa, mohon akan turunnya hujan pada hati dan memberinya minum. 

Hati yang subur akan tumbuh tanaman yang melambaikan daun ketentraman, mengalair air rahmat di taman qalbu, bunganya harum semerbak, pada musimnya akan lebat dengan buah iman. 

Agar pepohonan rahmat itu tak lekang kena musim kemaraunya hati, maka harus rajin mendaur ulang, regenerasi benih, pembibitan yang unggul, semua itu dapat terjadi melalui aktifitas SHALAT. Apabila telah bisa merasakan bagaimana lezatnya cita rasa shalat, maka hati akan ketergantungan untuk menyiraminya secara rutin lewat media shalat. 

Kelalaian yang menerpa hati adalah kegersangan dan kekeringan. Selama hati itu senantiasa berdzikir mengingat Allah dan menghadap kepadaNya, maka hujan rahmat akan senantiasa tercurah dan terlimpah, laksana hujan yang turun terus menerus tanpa terputus menyuburkan lahan yang gersang. 

Apabila lalai, maka kekeringan dan kegersangan kembali menimpa menurut kadar sedikit banyaknya kelalaian itu. jika kelalaian telah menduduki dan menguasai hati, maka hati akan seperti tanah yang tandus dan gundul tanpa berpohon, rumputpun bahkan tak jadi, kering kerontang sepanjang masa, seluruh sisi terbakar oleh api syahwat, hati menjadi api yang membara membakar segala pepohonan yang tumbuh di sana. 

Karenannya mari kita senantiasa memenuhi undangan Allah SWT, hidangannya begitu banyak, ‘lezat dan gurih’ yang tidak mengenal habis, mari saudaraku...!!!!

Edisi 6


Buletin Masjid
BAABUSSALAAM
EDISI April 2018 M/1439 H


Hijrah Perspektif al-Qur’an
(Bagian 5)


Mencermati konsep hijrah dalam al-Quran, Allah SWT menjanjikan ganjaran yang tak terhingga di dunia hingga di akhirat kelak, namun demikian, konsep hijrah harus dipahami secara komprehensif, bukan sekedar berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, atau meninggalkan Indonesia menuju daerah konflik di Syiriah dan Iraq, atau bergerilia ke wilayah konflik lainnya. Hal yang demikian itu, sama sekali bukan implementasi konsep hijrah secara qurani, jauh bertentangan dengan pesan Rasulullah. Niatnya bukan karena ingin mewujudkan perubahan dan peningkatan kualitas Iman kepada Allah SWT, akan tetapi penyalahgunaan makna hijrah. 

Proses hijrah dalam al-Quran harus diawali dengan pembentukan pribadi yang memiliki keimanan yang kokoh, niat yang tulus dan tekad yang kuat guna mewujudkan peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan, baik secara ruhaniyah maupunsecara lahiriah. Konsep hijrah yang aplikatif menciptakan kondisi kehidupan yang lebih sejahtera, bahagia dan tentu penuh dengan kedamaian. Selamat Tahun Baru Islam. (TAMAT)

Edisi 5


Buletin Masjid
BAABUSSALAAM
EDISI Maret 2018 M/1439 H


Hijrah Perspektif al-Qur’an
(Bagian 4)


ahulu. Seperti nabi Ibrahim, di saat beliau mencari kebenaran hakiki dan akhirnya menemukannya, beliau berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya saya akan pergi menuju Tuhan saya, karena Dialah yang akan memberi hidayah kepada saya”. 

Begitu pula dengan kisah nabi Luth saat beliau menyerukan iman kepada kaumnya, walaupun kaumnya mendustakannya, dan bahkan mengecam dan mengancam akan membunuhnya, namun beliau tetap dalam pendiriannya dan berkata, “Sesungguhnya saya telah berhijrah menuju Tuhan saya, sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa dan Bijaksana.” (QS.al-Ankabut: 26) 

Derajat hijrah sama tingginya dengan jihad, karena hijrah merupakan salah satu cara mempertahankan akidah dan kehormatan diri, maka Allah SWT mensejajarkannya dengan jihad dijalan-Nya yang tentunya ganjarannya pun akan sama dengan jihad. (QS. al-Baqarah: 218). Allah SWT menyiapkan pahala bagi orang yang berhijrah secara ikhlas karena Allah SWT. Di antara ganjaran pahala bagi yang berhijrah, adalah; Riski yang berlimpah di dunia (QS. al-Nisa: 100), kesalahan dihapus dan dosa diampuni (QS. Ali Imran: 195), derajatnya ditinggikan oleh Allah (QS. al-Taubah: 20), kemenangan yang besar (al-Taubah: 20, 100), tempat kembalinya adalah surga (QS. al-Taubah: 20-22), dan Mendapatkan ridha dari Allah (QS. al-Taubah: 100). 






Wallahu ‘alam

Edisi 4


Buletin Masjid
BAABUSSALAAM
EDISI Februari 2018 M/1439 H


Hijrah Perspektif al-Qur’an
(Bagian 3)




Adapun makna hijrah yang terkandung dalam ayat-ayat al-Qur’an adalah sebagai berikut; 

“Hijrah berarti mencela sesuatu yang benar karena takabur, firman Allah, “Dengan menyombongkan diri terhadap al-Qur’an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji” (QS. al-Mu’minun: 67) 

Alquran menjelaskan konsep Hijrah dalam berbagai varian, diantaranya; pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain guna mencari keselamatan diri dan mempertahankan aqidah, firman Allah, “Barangsiapa yang berhijrah di jalan Allah niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak”. (QS. al-Nisa: 100), pisah ranjang antara suami dan istri, firman Allah, “Dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur mereka” (QS. al-Nisa: 34) mengisolir diri, seperti ucapan ayah Nabi Ibrahim kepada beliau, “Dan tinggalkanlah aku dalam waktu yang lama”. (QS. Maryam: 46) 



Wallahu ‘alam

Senin, 01 Oktober 2018

Edisi 4


Buletin Masjid
BAABUSSALAAM
EDISI Maret 2018 M/1439 H



Hijrah Perspektif al-Qur’an
(Bagian 4)

Hijrah merupakan sunnah para nabi sebelum Rasulullah saw diutus, Allah memerintahkan para utusannya untuk melakukan perbaikan diri terlebih dahulu. Seperti nabi Ibrahim, di saat beliau mencari kebenaran hakiki dan akhirnya menemukannya, beliau berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya saya akan pergi menuju Tuhan saya, karena Dialah yang akan memberi hidayah kepada saya”.

Begitu pula dengan kisah nabi Luth saat beliau menyerukan iman kepada kaumnya, walaupun kaumnya mendustakannya, dan bahkan mengecam dan mengancam akan membunuhnya, namun beliau tetap dalam pendiriannya dan berkata, “Sesungguhnya saya telah berhijrah menuju Tuhan saya, sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa dan Bijaksana.” (QS.al-Ankabut: 26)

Derajat hijrah sama tingginya dengan jihad, karena hijrah merupakan salah satu cara mempertahankan akidah dan kehormatan diri, maka Allah SWT mensejajarkannya dengan jihad dijalan-Nya yang tentunya ganjarannya pun akan sama dengan jihad. (QS. al-Baqarah: 218). Allah SWT menyiapkan pahala bagi orang yang berhijrah secara ikhlas karena Allah SWT. Di antara ganjaran pahala bagi yang berhijrah, adalah; Riski yang berlimpah di dunia (QS. al-Nisa: 100), kesalahan dihapus dan dosa diampuni (QS. Ali Imran: 195), derajatnya ditinggikan oleh Allah (QS. al-Taubah: 20), kemenangan yang besar (al-Taubah: 20, 100), tempat kembalinya adalah surga (QS. al-Taubah: 20-22), dan Mendapatkan ridha dari Allah (QS. al-Taubah: 100).


Wallahu ‘alam


Debu Kaca


Debu adalah jenis Kotoran yang sifatnya halus, lembut, wujudnya kadang tak kentara. keberadaannya ada di mana-mana, beterbangan dan menempel pada benda yang ada disekitarnya. Debu menempel tanpa memperdulikan jenis benda, debu hinggap dan mengotori tanpa menyeleksi harga atau nilai benda, tak melihat apakah benda itu murah atau mahal, besar atau kecil, kasar atau halus, gelap ataupun terang. Debu slalu saja menempel pada benda lain, kalau tak dibersihkan dia bisa domisili bertahun-tahun lamanya dan bisa menutupi bahkan merusak nilai benda itu, bisa menyamarkan dan menutupi sifat keaslian benda yang ditempelinya. Barang yang harganya mahalpun bisa jatuh harga, barang yang tadinya terang berubah wujud jadi kusam bahkan gelap, yang semula indah berubah jadi tak menarik, makanan bergizipun bisa tersulap menjadi penuh bakteri penyakit, itu semua bisa terjadi karena debu.

Seperti halnya debu,kaca juga adalah benda yang juga sifatnya halus, bening, transparan. Kaca harganya bisa mahal tapi kadang juga bisa murah, tergantung dengan benda apa ia bersatu, dimana ia menempel. Kaca yang sangat halus bisa berubah jadi beling kaca yang dapat membahayakan, bisa menggores benda-benda lain apabila kaca itu pecah, jangankan pecahannya besar-besar, berbentuk serbukpun kaca bisa sangat berbahaya. Bila kaca terawat dengan baik, keasliannya bisa bertahan dalam kurun waktu yang sangat lama, ia tetap bersih, menarik dan mengkilap. Kaca juga bisa berfungsi sebagai cermin dari benda lain.

Debu akan sangat kentara, tampak jelas apabila menempel pada kaca, kaca bisa menjadi sangat kusam dan suram bahkan transpransi kaca bisa tertutup karena debu. Merawat kaca dari tempelan debu sebenarnya tidak sulit apabila perawatannya telaten dan rutin, tidak membiarkan debu menempel berlama-lama,diusap bahkan sekali tiupan saja debu bisa terusir dari kaca. Sebaliknya apabila debu dibiarkan menempel, ia akan sangat sulit untuk dibersihkan, perlu waktu lama, atau memerlukan media pembersih yang harganya sangat mahal sekedar untuk membersihkan kaca dari tempelan debu.

Debu dan kaca adalah analogi atau perumpamaan dari sifat dosa dan hati manusia, dosa laksana debu, dan hati bagaikan kaca. Hati itu bening, bisa jadi cermin orang-orang di sekeliling apabila hati itu bersih tanpa dosa. Bila hati manusia kena dosa sangat mudah untuk dibersihkan; dengan meminta maaf kepada sesama atau ampunan kepada Allah SWT, apabila dosa itu cepat dibersihkan dari hati. Namun apabila dosa itu bersemayam dalam hati manusia pada kurun waktu yang relatif lama, dosa akan sangat sulit untuk dibersihkan, bahkan bisa menutupi hati manusia. Manusia yang santun bisa berubah jadi kasar, yang tadinya pemurah bisa menjadi kikir, pemaaf bisa jadi pendendam, penyayang jadi pembenci. Singkatnya perangai orang bisa berubah karena kehadiran dosa di hati.

Dosa sebagaimana debu, ia tetap bisa dibersihkan, kalaupun hati penuh dengan dosa bila ada kemauan, bukan barang yang mustahil hati itu bisa kembali bersih sebening kaca, mengkilap sebagaimana belum dihinggapi dosa, hati bisa kembali 'fitrah', tapi tentu memerlukan media pembersih yang baik yaitu bertaubat dengan 'taubatan nashuha'; tobat sebenar-benarnya bertobat, menyesali perbuatan dan bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.

NASTAGHFIRUKA WAATHUBU ILAIKA YA ROBBANAA !

Tampak samping Jl. Subang II




Kamis, 27 September 2018

COMRI : Resep ngaliwet ala santri


Di tahun 80-an, ngaliwet 'identik' jeung salah sahiji kagiatan santri, pantes lamun aya 'predikat' nu dialamatkeun ka santri ku sebutan mahasiswa Universitas 'Kastrologi', sabab tara kaliwat lamun beuteung lapar langsung ngaduruk bujur kastrol. 

Beda jeung kalolobaan santri kiwari, sabab ayeuna mah lamun hayang dahar teu kudu luwat-liwet heula, cukup meuli atawa geus nyakonto rangsum khusus 

Tah basa kuring nyoba nyantri, ngaduruk kastrol mah lulus bahkan mungkin 'cum laude' tapi palebah ngaji nepi kaayeuna teu bisa-bisa, komo eta palebah ngaji diri mani asa hese pisan. Numatak ieu elmu hasil nyantri lain rek ngabahas nahwu sharaf, fqhussunah, tafsir jeung sajabana, ieu mah itung-itung mieling basa kuring nyantren nu mikameumeut kana liwet COMRI. 

Nu kumaha ? kira-kira resepna saperti kieu : 

Bahan-bahan liwet COMRI (liwet plus oncom teri) 
  1. Sadiakeun beas sacukupna 
  2. Oncom sabatang (poma lain tempe; sabab bakal beda rasa mun ku tempe) 
  3. Bawang daun seger sacukupna 
  4. Muncang hiji, atawa sasihung ge cukup 
  5. Minyak kalapa sacukupna gumantung lobana beas (poma lain kalapa sawit, atawa curah, tapiminyak kelendahan nu sok dikeletik ku cara manual/ tradisional) 
  6. Teri bubuk (teri rapuh tipungan lain nu liat, nu rasa asinna sedeng; teu pangset atawa amis) 
  7. Tahu bodas seger 3 siki (atawa sacukupna) 
  8. cengek guluntungan 
Carana : 
  • oncom, teri, muncang, bawang daun munang nyiksik, tahu, direndos dibarengkeun sing nyampur rata;
  • beas saberesna diisikan di asupkeun kana kastrol, volume cai sabuku curuk tinaluhureun('permukaan') beas;
  • hadena di pasak dina tungku, seuneuna ulah tarik teuing, leuwih hade ku suluh laleutik mun ayapangpung tatangkalan (ameh babari ngatur seuneuna), bisa wae make kompor; tapi rasa bakal radabeda mun dibanding jeung make suluh;lamun pasakan liwet geus saat, bahan-bahan kasebut di luhur  diasupkeun rata luhureun beas, tapi ulah diadukeun; antepkeun bae dina luhureun beas; cabe dihijikeun dina kaayaan guluntungan jang celetrokeun.

Antepkeun liwet sina maju kaasak, seuneu alusna lamun ku suluh hurung saeutik, atawa leuwih hade tinggal ruhakna wungkul ruhay siga lamun ngistrika make areng; 
kira-kira 7 menit memeh di angkat, minyak dibahekeun sing walatra, kaasup sisi kastrol kakurilingan ku minyak (maksudna ameh kerakna walatra kaminyakan), 
lamun geus asak, memeh liwet di bongkar, bujur kastrol diteuleumkeun kana cai sajero permukaan liwet, atawa kira-kira 5 cm handapeun bagian kastrol beulah luhur. dibongkar langsung, memeh dikaluarkeun aduk hijikeun sing walatra, lain disedokan kana piring masing-masing, tapi bahekeun heula kana wadah nu rada rubak supaya kebulna teu ngelekeb, leuwi hade tina bahan awi saperti cempeh, atawa bisa oge daun cau nu beresih, kakara bisa dipiringan, atawa leuwih nikmat mun langsung di kapling-kapling dina wadah terus didahar babarengan bari macangkrama. 

Cirina asak bisa ku dicobaan saba'da pasakan ngadalingding seungit; 

SAENA DITUANG DINA KAAYAAN LAPAR, BARI BOTRAM NINGALI ENDAHNA ALAM, BALAKECRAKAN 

Teu kenging hilap sateuacana baca basmillah, rengsena hamdallah. 
Wilujeng nyobian ! 


Salam ka :

santri Haur Kuning+Sukahideng 
khususna Bpk Abdul Hamid (Hamidin) 

Kamis, 20 September 2018

Himbauan


بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Dalam upaya memakmurkan syiar Islam
MASJID BAABUSSALAAM
Sedang berupaya merintis perpustakaan Masjid

Kepada jama’ah/muslimin & muslimat yang kebetulan mempunyai buku di rumah yang sudah tidak digunakan (jarang dibaca) rasanya lebih baik apabila disumbangkan ke masjid, dan atau memiliki/mengetahui akses atau link buku/kitab gratis mohon diinformasikan kepada pengurus masjid.
Jazaakallah wajazaakumullah khoiron katsiro.
Terima kasih
a.n Pengurus masjid

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 


Selasa, 18 September 2018

Edisi 3


Buletin Masjid
BAABUSSALAAM
EDISI Februari 2018 M/1439 H


Makna Hijrah dalam Perspektif al-Qur’an
(Bagian 2)


Hijrah dengan lisan berarti menjauhi perkataan kotor dan keji, sementara hijrah dengan hati berarti menjauhi sesuatu tanpa menampakkan perbuatan.
Allah SWT menyebutkan kata hijrah sebanyak 28 kali dalam Alquran dalam berbagai bentuk dan makna. Memahami makna dan mengklasifikasikan konsepsi hijrah dalam hidup dan kehidupan, baik sebagai masyarakat maupun sebagai umat yang beragama, harus mencakup seluruh penggunaan kata hijrah dalam Alquran, bukan hanya mengetahui makna bahasa dan makna istilahnya saja, tetapi juga mempertimbangkan konteks sosial masyarakat agar tidak melahirkan pemahaman yang bertentangan dengan esensi dasar kehidupan umat manusia itu sendiri.
Fenomena munculnya pihak-pihak yang memaknai konsep hijrah secara terbatas dan emosional seperti yang kerap terjadi saat ini tentu merupakan tantangan kita bersama, karena pemaknaan tersebur tidak didasarkan pada pesan yang terdapat dalam Alquran. Konsep hijrah dipergunakan untuk melegitimasi aksi dan prilaku yang justru jauh dari syariat Islam, aplikasi hijrah yang diajarkan Rasulullah SAW bukan saja pada makna hijrah secara fisik, yakni pindah dari Mekkah menuju Madinah, tetapi lebih dalam dari makna tersebut, Rasulullah SAW menganjurkan untuk selalu berhijrah dalam kehidupan, berpindah dan berubah menuju kebaikan

Edisi 2


Buletin Masjid
BAABUSSALAAM
EDISI Februari 2018 M/1439 H


Makna Hijrah dalam Perspektif al-Qur’an
(Bagian 1)

Peringatan tahun baru Islam yang jatuh setiap tanggal 1 Muharram sudah menjadi rutinitas masyarakat Islam di seluruh dunia termasuk Indonesia. Hari besar Islam ini diperingati mulai acara kenegaraan yang diperingati di Istana negara oleh kepala negara dan perwakilan banyak negara, hingga ke pelosok desa dan dusun oleh masyarakat dengan berbagai rangkaian tradisi budayanya masing-masing. Beragam budaya menyertai seremoni tahun baru Islam,  beragama pula harapan dan optimisme di tahun baru Islam, diantaranya; hidup lebih bahagia, sejahtera, aman  dan damai. Semua ini merupakan impian hidup setiap orang dalam menyongsong hari baru dalam setiap tahun baru.
Banyak pandangan dan tinjauan tentang makna hijrah, ahli bahasa berbeda pendapat dalam mengartikan kata “hijrah”, namun kesemuanya berkesimpulan bahwa hijrah adalah menghindari/menjauhi diri dari sesuatu yang buruk, baik dengan raga, lisan, maupun hati. Hijrah dengan raga berarti pindah dari suatu tempat menuju tempat lain yang lebih baik.

Kamis, 13 September 2018

MUSABAQOH MASJID



بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Dengan mengucap syukur ke Hadlirat Allah swt., Alhamdulillah
MASJID BAABUSSALAAM
Meraih Juara 1 Musabaqoh Masjid Tingkat Kota Tasikmalaya
Tahun 2018 M / 1439 H

Menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak, khususnya jama’ah masjid Baabussalaam warga RW. 18 Perum Kotabaru Kec. Cibeureum Kota Tasikmalaya, atas kiprah, kontribusi dan dukungannya.

Semoga amanah ini menjadi motivasi bagi kita semua untuk dapat lebih meningkatkan fungsi dan peran masjid , sehingga masjid Baabussalaam menjadi masjid kebanggaan umat dan nyaman sebagai tempat ibadah. Amin..!
Terima kasih
a.n Pengurus masjid
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته 

Selasa, 11 September 2018

Edisi 1


Buletin Masjid
BAABUSSALAAM
EDISI Januari 2018 M/1439 H


Konsep Berkah dalam Islam
Judul di atas merupakan idiom dari bahasa Arab yang bermakna mengharapkan berkah. Orang Jawa menyebutnya ngalap berkah. Sedangkan idiom berkah itu sendiri berarti ziyadah al-khyr, yakni bertambahnya nilai kebaikan pada diri seseorang, profesi, pekerjaan yang sedang ditekuni atau apapun yang berkaitan dengan kehidupannya.
Mengharapkan berkah itu tentu saja hanya kepada Allah SWT semata. Karena hanya Dialah yang memiliki sekaligus sumber dari segala kebaikan yang ada di dunia ini dan di akhirat nanti. Akan tetapi sebagaimana rejeki yang tidak jatuh di hadapan kita langsung dari Allah SWT, namun dianugrahkan oleh hadiratNya kepada kita lewat sejumlah relasi, maka demikian pula berkah itu diberikan kepada kita lewat perantara orang-orang terkasihNya dari kalangan para nabi, wali atau mukmin hakiki.
Mereka yang merupakan kekasih-kekasih Allah SWT tentu saja memiliki hubungan yang unik, spesifik dan kuat dengan hadiratNya. Sehingga lewat adanya keterhubungan yang transendental dan istimewa itu mereka “tertulari” oleh berbagai perbuatan, sifat dan perangai Allah SWT. Bahkan nama-nama Allah SWT dalam al-Asma’ al-Husna dengan perkenanNya diejawantahkan oleh mereka di dalam kehidupan ini lewat perilaku, akhlak dan keputusan-keputusan mereka.
Wallahu ‘alam

SEJARAH SINGKAT

Masjid Baabussalaam direncanakan pada tahun 2001, perencanaan didasarkan atas kebutuhan warga Lingkungan RW 14 Perum Kotabaru Kencana, Kelurahan Kotabaru, saat itu kegiatan keagamaan termasuk shalat Iedain (iedul fitri dan iedul adha) diselenggarakan dengan menggunakan rumah warga yang tidak dihuni dan menggunakan fasilitas lapangan terbuka. Atas dasar kebutuhan itu warga RW 14 merencanakan dan merumuskan masjid, dan didirikanlah Masjid Raidhatul Jannah yang terletak di Jl. Purwakarta sekitar tahun 1999. Pendirian diprakarsai oleh Bpk. Drs. Tedi Sunandar selaku ketua RW 14 dan Bpk. Drs. Jeje Zainal Mustopa selaku seksi Agama Lingkungan serta tokoh masyarakat dan lingkungan lainnya.
Sekitar tahun 2000, Lingkungan RW 14 dimekarkan menjadi 2 (dua) RW, yaitu RW. 17 dan RW. 18, letak pembangunan masjid Raudhatul Jannah terletak di Jl. Purwakarta area lingkungan RW. 17. Sehubungan dengan pemekaran wilayah termaksud warga RW. 18 menginginkan memiliki masjid dan sarana ibadah tersendiri, terlebih peruntukan masjid Jami se Perum kotabaru kencana letaknya ada di wilarah RW. 18, maka pada tahun 2001 kembali merencanakan pembangunan masjid dengan diprakarsai oleh ketua RW. 18 dan seksi Agama (secara kebetulan RW. 18 dan seksi Agama masih orang yang sama ketika masih belum dimekarkan.
Selanjutnya disepakatilah rencana pembangunan masjid RW 18 dengan lahan menggunakan lahan peruntukan masjid jami Perum Kotabaru yang terletak di Jl. Subang ( berada dalan zona Jl. Subang Utama Subang I, II dan IV) dengan nama “Baabussalaam” (yang artinya pintu keselamatan), dengan panitia pembangunan sebagai berikut :

1.     Drs. Tedi Sunandar (Ketua RW 18, selaku penanggung jawab)
2.     Ir. Nundang Busyaeri, MT (Ketua)
3.     Dadang Herdiman, ST (Sekretaris)
4.     Abd. Rohman, S.Ag (Bendahara)
5.     Ir. Budhi Agustedi (Arsitek)
6.     Iya E. Suryadinata /Anggota/Ketua RT 01)
7.     Syarifudin (Anggota (Anggota/Ketua RT 02)
8.     Jajat Jatnika (Anggota/Ketua RT 03)
9.     Juhana (Tokoh masyarakat)
10.  Afif Adimansyah (Tokoh masyarakat), dll

 Pemancangan tiang utama masjid tepat pada tanggal 03 Maret 2003 (03/03/03), momentum tanggal ini sebagai titimangsa berdirinya masjid Baabussalaam secara resmi.
Masjid Baabussalaam dibangun atas biaya swadaya swakarya sebagian besar warga, jamaah, dengan rancangbangun (arsitek) alm. Ir. Budhi Agustedi, baagian selasar, kantor, ruang imam dan gudang memakai lantai marmer atas sumbangan dari Yayasan sabilillah lamongan-Surabaya jawa timur, ide dan informasi sumbangan marmer didapat dari Bpk. Agus Ciamis, dan berangkatlah tim survey sambil membawa surat ajuan dan proposal dari RW. 18 untuk memastikan keberadaan donatur marmer di Lamongan. Tim terdiri dari :

1.     Bpk. Drs. Jeje Zainal Musthafa, M.Pd.I ( Ketua DKM)
2.     Bpk. Yana Mulyana (ketua RW. 18)
3.     Bpk. Caryaman, SE (tokoh masyarakat dan ketua Yayasan Baabussalaam)
4.     Bpk. Ajat Priatna, AK (Sekretaris DKM)
5.     Bpk. Enon Abd. rohman     
6.     Bpk Herdis Cahyadi, S.IP (warga/Jamaah)
Bpk. Agus Ciamis (selaku pemberi informasi, pengantar teknis pertemuan dengan pihak donatur)

Taman BAABUSSALAAM



KLIK AL-QURAN 30 JUZ bisa BACA & DENGAR  tanpa harus mengunduh